Keresahan
masyarakat kelas menengah kebawah adalah dihantuinya dengan banyaknya orang yang mencari nafkah dengan
membungakan uang (rentenir). Hal ini bukan menguntungkan, tetapi
menambah beban kepada penerima.Tak hanya soal untung di dalam bisnis. Tetapi
bisnis rentenir adalah gudangnya riba. Sehingga masyarakat Gayo Lues, Aceh yang
notabene adalah muslim sedang diserang bisnis rentenir.
Berbagai
hal yang menyebabkan rentenir bisa tumbuh dan berkembang di kalangan
masyarakat. Salah satunya adalah rendahnya pendapatan warga untuk menghidupi
keluarga. Sehingga penerima rentenir dengan akad bunga yang luar biasa semakin
tumbuh subur dengan memperalat warga yang tak mampu.
Hal
tersebut sangat berdampak pada proses kemiskinan. Mengapa tidak. Karena warga
yang tak mampu menjadi tumbal penggendutan rupiah milik orang lain. Sedangkan
penerima rentenir akan terus dalam kesusahan untuk membayar bunga yang tak
sedikit jumlahnya. Uniknya, akad bunga dari rentenir tersebut mencapai 30-50
persen dari jumlah uang yang dipinjamkan.
Tentu
warga yang tak mampu bukan hanya kesulitan membayar uang pinjaman. Tetapi
kesulitan dengan bunga besar yang semakin bulan semakin bertambah.Sehingga
bisnis rentenir semakin tancap gas untuk daerah Gayo Lues saat ini. Mungkin
untuk daerah perkotaan hal ini tidak terjadi. Namun di tengah-tengah warga
perkampungan hal ini sedang meresahkan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam menyikapi masalah
horizontal sosial ini. Pertama, pemerintah harus membangun koperasi di setiap
desa. Jika masih terlalu berat, setidaknya membangun koperasi untuk setiap
kecamatan. Kedua, pemerintah daerah harus gerak cepat dalam mengembangkan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ketiga, pemberdayaan perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan.
Dari
ketiga komponen tersebut perlu ada penanganan khusus untuk melakukan tindakan
penyelesaian masalah horizontal sosial itu. Koperasai misalnya, jika bisa
dibangun oleh pemerintah maka hal tersebut bisa dipastikan dapat memutuskan
hubungan bisnis rentenir yang selama ini telah berkembang. Jika pemerintah
masih berat dalam hal anggaran. Maka setidaknya dapat menarik pihak ketiga
dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Koperasi
dalam hal ini adalah yang mampu mengatasi permasalahan rakyat. Bukan yang
menambah beban rakyat seperti halnya rentenir. Jika masih demikian, maka tak
ada gunanya untuk membangun sebuah koperasi.Harapannya membangun sebuah
koperasi yang memiliki kepedualian dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
jelas untuk meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat.
Begitu
juga dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) harus terus digalakkan oleh
pemerintah. Tentu hal tersebut bukan hal berat jika pemerintah ingin
menggalakkan. Jika melihat potensi Gayo Lues yang serba ada. Maka hal tersebut
menjadi sebuah peluang untuk pengembangan UMKM. Salah satu contoh, banyaknya
potensi destinasi wisata yang mulai berkembang seperti Bur Reko, Genting,
Berawang Lopah, Berawang Tasik, Air Terjun Rerebe, Kalapinang, dan masih banyak
yang lainnya.
Potensi
tersebut seharusnya dilakukan tindak lanjut oleh pemerintah daerah melalui
dinas terkait. Sehingga wisatawan lokal maupun nasional bisa membuat list
liburannya ke Gayo Lues. Dengan demikian, UMKM masyarakat yang berbentuk produk
akan bisa dipasarkan dengan banyaknya pengunjung. Masyarakat sekitar melalui
UMKM yang dimilikinya akan dapat meningkatkan taraf hidupnya. Rantai kemiskinan
akan dapat teratasi secara perlahan-lahan.
UMKM
akan berjalan jika pemerintah memberikan
program pelatihan, pendampingan, penyediaan fasilitas kepada pelaku UMKM. Jika
keempat komponen tersebut belum diberikan oleh pemerintah. Maka jangan berharap
UMKM akan berjalan sesuai dengan harapan. Setidaknya keempat komponen itu yang
menjadi syarat untuk pendirian UMKM pada masyarakat.
Selain
itu, pemberdayaan perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan juga perlu
digiatkan. Perkebunan dan pertanian misalnya, selama ini masih memiliki delima
besar terkait proses penanaman hingga proses pemanenan. Karena selama ini,
masyarakat Gayo Lues hanya menggunkan sistem tradisional dalam proses
perkebunan. Dampaknya, tentu hasil panen yang tak pernah memuaskan.
Usaha
besar hasil hasil maksimal. Kalimat seperti ini yang dibutuhkan dalam
perkebunan dan pertanian saat ini. Jika tidak demikian, maka perkebunan dan pertanian
di Gayo Lues akan terus mengalami penurunan hasil panen. Tentu dampak negatif
dari itu adalah kemiskinan dan rantai rentenir yang bisa terhilangkan. Sama
halnya dengan peternakan dan perikanan yang masih memiliki peluang usaha besar
karena lahan untuk berternak masih melimpah.
Dengan
demikian, melalui pendekatan di atas diharapkan mampu meningkatkan kualitas
perekonomian masyarakat. Tentu hal tersebut harus dipupuk oleh pemerintah
sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga rentenir atau pemberi
pinjaman dengan bunga yang besar akan berkurang dari negeri Serambi Mekah ini. SEMOGA*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar