Kamis, 13 April 2017

Membunuh Rentenir Melalui Pendekatan Sosial

Keresahan masyarakat kelas menengah kebawah adalah dihantuinya dengan banyaknya orang yang mencari nafkah dengan membungakan uang (rentenir). Hal ini bukan menguntungkan, tetapi menambah beban kepada penerima.Tak hanya soal untung di dalam bisnis. Tetapi bisnis rentenir adalah gudangnya riba. Sehingga masyarakat Gayo Lues, Aceh yang notabene adalah muslim sedang diserang bisnis rentenir.
Berbagai hal yang menyebabkan rentenir bisa tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah rendahnya pendapatan warga untuk menghidupi keluarga. Sehingga penerima rentenir dengan akad bunga yang luar biasa semakin tumbuh subur dengan memperalat warga yang tak mampu.
Hal tersebut sangat berdampak pada proses kemiskinan. Mengapa tidak. Karena warga yang tak mampu menjadi tumbal penggendutan rupiah milik orang lain. Sedangkan penerima rentenir akan terus dalam kesusahan untuk membayar bunga yang tak sedikit jumlahnya. Uniknya, akad bunga dari rentenir tersebut mencapai 30-50 persen dari jumlah uang yang dipinjamkan.
Tentu warga yang tak mampu bukan hanya kesulitan membayar uang pinjaman. Tetapi kesulitan dengan bunga besar yang semakin bulan semakin bertambah.Sehingga bisnis rentenir semakin tancap gas untuk daerah Gayo Lues saat ini. Mungkin untuk daerah perkotaan hal ini tidak terjadi. Namun di tengah-tengah warga perkampungan hal ini sedang meresahkan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam menyikapi masalah horizontal sosial ini. Pertama, pemerintah harus membangun koperasi di setiap desa. Jika masih terlalu berat, setidaknya membangun koperasi untuk setiap kecamatan. Kedua, pemerintah daerah harus gerak cepat dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ketiga, pemberdayaan perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
Dari ketiga komponen tersebut perlu ada penanganan khusus untuk melakukan tindakan penyelesaian masalah horizontal sosial itu. Koperasai misalnya, jika bisa dibangun oleh pemerintah maka hal tersebut bisa dipastikan dapat memutuskan hubungan bisnis rentenir yang selama ini telah berkembang. Jika pemerintah masih berat dalam hal anggaran. Maka setidaknya dapat menarik pihak ketiga dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Koperasi dalam hal ini adalah yang mampu mengatasi permasalahan rakyat. Bukan yang menambah beban rakyat seperti halnya rentenir. Jika masih demikian, maka tak ada gunanya untuk membangun sebuah koperasi.Harapannya membangun sebuah koperasi yang memiliki kepedualian dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas untuk meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat.
Begitu juga dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) harus terus digalakkan oleh pemerintah. Tentu hal tersebut bukan hal berat jika pemerintah ingin menggalakkan. Jika melihat potensi Gayo Lues yang serba ada. Maka hal tersebut menjadi sebuah peluang untuk pengembangan UMKM. Salah satu contoh, banyaknya potensi destinasi wisata yang mulai berkembang seperti Bur Reko, Genting, Berawang Lopah, Berawang Tasik, Air Terjun Rerebe, Kalapinang, dan masih banyak yang lainnya.
Potensi tersebut seharusnya dilakukan tindak lanjut oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait. Sehingga wisatawan lokal maupun nasional bisa membuat list liburannya ke Gayo Lues. Dengan demikian, UMKM masyarakat yang berbentuk produk akan bisa dipasarkan dengan banyaknya pengunjung. Masyarakat sekitar melalui UMKM yang dimilikinya akan dapat meningkatkan taraf hidupnya. Rantai kemiskinan akan dapat teratasi secara perlahan-lahan.
UMKM akan berjalan jika pemerintah memberikan program pelatihan, pendampingan, penyediaan fasilitas kepada pelaku UMKM. Jika keempat komponen tersebut belum diberikan oleh pemerintah. Maka jangan berharap UMKM akan berjalan sesuai dengan harapan. Setidaknya keempat komponen itu yang menjadi syarat untuk pendirian UMKM pada masyarakat.
Selain itu, pemberdayaan perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan juga perlu digiatkan. Perkebunan dan pertanian misalnya, selama ini masih memiliki delima besar terkait proses penanaman hingga proses pemanenan. Karena selama ini, masyarakat Gayo Lues hanya menggunkan sistem tradisional dalam proses perkebunan. Dampaknya, tentu hasil panen yang tak pernah memuaskan.
Usaha besar hasil hasil maksimal. Kalimat seperti ini yang dibutuhkan dalam perkebunan dan pertanian saat ini. Jika tidak demikian, maka perkebunan dan pertanian di Gayo Lues akan terus mengalami penurunan hasil panen. Tentu dampak negatif dari itu adalah kemiskinan dan rantai rentenir yang bisa terhilangkan. Sama halnya dengan peternakan dan perikanan yang masih memiliki peluang usaha besar karena lahan untuk berternak masih melimpah.

Dengan demikian, melalui pendekatan di atas diharapkan mampu meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat. Tentu hal tersebut harus dipupuk oleh pemerintah sehingga bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga rentenir atau pemberi pinjaman dengan bunga yang besar akan berkurang dari negeri Serambi Mekah ini. SEMOGA*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar