"Bang, bangun. Sudah
waktunya sholat subuh. Nanti terlambat lho," ungkap seorang perempuan dari
luar kamar tidur.
Suara itu langsung nyaring terdengar
jelas dari dalam kamar itu. Entah apa yang membuat aku terkejut dengan suara
itu. Aku pun langsung saja sadar dari tidurku.
Aku bangun sembari melepas
selimut.
Aku melirik ke sampingku. Melihat
shohib SMA ku yang sedang tidur pulas. Waktu itu aku sedang melakukan kunjungan
kerja ke daerah Lampung. Dalam kunjungan yang kesekian kali ini aku memutuskan
untuk menginap di rumah teman SMA ku.
Suara perempuan itu masih saja
menggema.
"Ayo buruan bangun, bang.
Nanti sholat subuhnya terlambat."
Perempuan itu adalah istri dari
shohib SMA ku yang sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Lantunan suara pagi
itu menjadi pikiranku puyeng.
Entah apa yang aku pikirkan waktu
itu. Semangat pagiku tergerus dengan suara nyaring lembut itu.
"Bang, ayo dong bangun.
Nanti terlambat lho sholatnya."
Berkali-kali suara itu terdengar
di telingaku. Akhirnya, aku memutuskan untuk membantu istrinya membangunkan
suami itu.
"Bro, bangun-bangun. Istrimu
sudah berkali-kali membangunkan kamu itu. Ayo sholat," aku menarik
selimutnya.
"Ah, ayo" jawabnya
dengan muka yang masih asam.
Temanku itu langsung menuju kamar
mandi mengambil wudhu'. Kami pun melakukan sholat pagi itu.
Bukan hanya aku, temanku dan
istrinya yang ada di dalam rumah itu. Tapi ada juga tiga teman laki-laki yang
bersama kami.
***
Malamnya, kami melakukan reuni
bersama temanku itu. Kami bercerita hingga larut malam. Banyak yang kami bahas
waktu itu. Tak terkecuali sederet nama yang kami sebutkan. Ada nama teman
laki-laki dan ada juga nama perempuan yang tak kalah banyaknya yang menjadi
perbincangan.
Kadang kami menyentil nama teman
kami waktu SMA. Lucu. Suara ketawa pun pecah dari dalam rumah temanku itu.
Temanku yang pemilik rumah itu
sangat lucu. Pinter membuat cerita yang membuat tertawa. Umurnya masih
dibawahku, tapi jodoh lebih mendahuluinya.
Sejak dirumahnya. Aku selalu
baper. Mulai dari umurnya yang masih dibawahku tapi sudah memiliki pendamping.
Hingga suara pagi istrinya saat membangunkan sholat subuh.
"Ternyata umur tidak
menentukan kapan seseorang itu akan berjodoh," aku bergumam dalam hati.
Malam pun semakin larut.
"Aku tidur duluan ya,"
kataku meminta izin.
Tiga temanku yang lainnya masih
asyik bermain game war. Mereka saling berbagi amunisi. Jari jempolnya terlihat
sibuk memainkan game nya.
Aku langsung menuju kamar tidur
yang telah disediakan temanku. Anehnya, rasa ngantukku dikalahkan oleh pikiran
yang menyerangku.
Aku berandai-andai dalam lamunan
menjelang tidurku. Mataku tak bisa terpejam karena otakku masih berputar dengan
semangatnya.
Aku melamun.
"Ternyata memiliki pasangan
hidup sungguh menyenangkan."
***
Sholat subuh pun selesai. Kami kembali
kumpul seperti tadi malam. Bercerita dengan seru sambil menikmati hidangan
istri temanku.
Sedangkan aku tak bisa fokus
sejak istri temanku memanggilnya sholat. Aku diam. Tak banyak bicara.
"Mungkin seperti inilah
indahnya ketika dibangunkan oleh seorang istri untuk melakukan sholat,"
lamunanku.
"Waduh, teman ini lagi
melamun. Makanya segera menikah," ungkap teman-teman yang ada disana.
Epilog
Kejadian ini adalah kisah nyata
ketika aku melakukan kunjungan kerja ke Lampung beberapa Minggu yang lalu. Aku
melihat temanku yang umurnya masih di bawahku sudah menikah. Awalnya, dia hanya
kuliah di Lampung. Tapi seiring berjalannya waktu dia mendapatkan dua pengakuan
yang bersertifikat sekaligus. Pertama, dia mendapat sertifikat Ijazah kuliah.
Kedua, dia mendapat Ijabsah dari KUA.
Saat ini, aku berharap bisa
menjadi seorang suami yang mumpuni untuk calon istriku yang sedang skripsi.
"Cepat lulus ya dek. Biar
cepat bisa membangunkan abang sholat subuh."
Kata-kata di atas adalah jawaban bagi
siapaun yang bertanya tentang kapan pernikahanku.
"Aku sedang menunggu dia
yang baru melakukan seminar skripsi."
*Next story in my life
** True story in life my brother. He is now lives in Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar