Kamis, 13 April 2017

Lentunan Suara Pagi

"Bang, bangun. Sudah waktunya sholat subuh. Nanti terlambat lho," ungkap seorang perempuan dari luar kamar tidur.
Suara itu langsung nyaring terdengar jelas dari dalam kamar itu. Entah apa yang membuat aku terkejut dengan suara itu. Aku pun langsung saja sadar dari tidurku.
Aku bangun sembari melepas selimut.
Aku melirik ke sampingku. Melihat shohib SMA ku yang sedang tidur pulas. Waktu itu aku sedang melakukan kunjungan kerja ke daerah Lampung. Dalam kunjungan yang kesekian kali ini aku memutuskan untuk menginap di rumah teman SMA ku.
Suara perempuan itu masih saja menggema.
"Ayo buruan bangun, bang. Nanti sholat subuhnya terlambat."
Perempuan itu adalah istri dari shohib SMA ku yang sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Lantunan suara pagi itu menjadi pikiranku puyeng.
Entah apa yang aku pikirkan waktu itu. Semangat pagiku tergerus dengan suara nyaring lembut itu.
"Bang, ayo dong bangun. Nanti terlambat lho sholatnya."
Berkali-kali suara itu terdengar di telingaku. Akhirnya, aku memutuskan untuk membantu istrinya membangunkan suami itu.
"Bro, bangun-bangun. Istrimu sudah berkali-kali membangunkan kamu itu. Ayo sholat," aku menarik selimutnya.
"Ah, ayo" jawabnya dengan muka yang masih asam.
Temanku itu langsung menuju kamar mandi mengambil wudhu'. Kami pun melakukan sholat pagi itu.
Bukan hanya aku, temanku dan istrinya yang ada di dalam rumah itu. Tapi ada juga tiga teman laki-laki yang bersama kami.


***

Malamnya, kami melakukan reuni bersama temanku itu. Kami bercerita hingga larut malam. Banyak yang kami bahas waktu itu. Tak terkecuali sederet nama yang kami sebutkan. Ada nama teman laki-laki dan ada juga nama perempuan yang tak kalah banyaknya yang menjadi perbincangan.
Kadang kami menyentil nama teman kami waktu SMA. Lucu. Suara ketawa pun pecah dari dalam rumah temanku itu.
Temanku yang pemilik rumah itu sangat lucu. Pinter membuat cerita yang membuat tertawa. Umurnya masih dibawahku, tapi jodoh lebih mendahuluinya.
Sejak dirumahnya. Aku selalu baper. Mulai dari umurnya yang masih dibawahku tapi sudah memiliki pendamping. Hingga suara pagi istrinya saat membangunkan sholat subuh.
"Ternyata umur tidak menentukan kapan seseorang itu akan berjodoh," aku bergumam dalam hati.
Malam pun semakin larut.
"Aku tidur duluan ya," kataku meminta izin.
Tiga temanku yang lainnya masih asyik bermain game war. Mereka saling berbagi amunisi. Jari jempolnya terlihat sibuk memainkan game nya.
Aku langsung menuju kamar tidur yang telah disediakan temanku. Anehnya, rasa ngantukku dikalahkan oleh pikiran yang menyerangku.
Aku berandai-andai dalam lamunan menjelang tidurku. Mataku tak bisa terpejam karena otakku masih berputar dengan semangatnya.
Aku melamun.
"Ternyata memiliki pasangan hidup sungguh menyenangkan."


***

Sholat subuh pun selesai. Kami kembali kumpul seperti tadi malam. Bercerita dengan seru sambil menikmati hidangan istri temanku.
Sedangkan aku tak bisa fokus sejak istri temanku memanggilnya sholat. Aku diam. Tak banyak bicara.
"Mungkin seperti inilah indahnya ketika dibangunkan oleh seorang istri untuk melakukan sholat," lamunanku.
"Waduh, teman ini lagi melamun. Makanya segera menikah," ungkap teman-teman yang ada disana.



Epilog

Kejadian ini adalah kisah nyata ketika aku melakukan kunjungan kerja ke Lampung beberapa Minggu yang lalu. Aku melihat temanku yang umurnya masih di bawahku sudah menikah. Awalnya, dia hanya kuliah di Lampung. Tapi seiring berjalannya waktu dia mendapatkan dua pengakuan yang bersertifikat sekaligus. Pertama, dia mendapat sertifikat Ijazah kuliah. Kedua, dia mendapat Ijabsah dari KUA.
Saat ini, aku berharap bisa menjadi seorang suami yang mumpuni untuk calon istriku yang sedang skripsi.
"Cepat lulus ya dek. Biar cepat bisa membangunkan abang sholat subuh."
Kata-kata di atas adalah jawaban bagi siapaun yang bertanya tentang kapan pernikahanku.
"Aku sedang menunggu dia yang baru melakukan seminar skripsi."



*Next story in my life
** True story in life my brother. He is now lives in Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar